Sejarah Hari Raya Galungan – Hari Raya Galungan adalah salah satu perayaan terbesar di Bali yang dirayakan oleh umat Hindu. Perayaan ini punya makna spiritual yang dalam karena dipercaya sebagai hari kemenangan dharma (kebaikan) melawan adharma (kejahatan). Yuk, kita bahas lebih dalam tentang sejarah dan asal usul Hari Raya Galungan!
Baca Juga:
Asal Usul Hari Raya Galungan
Hari Raya Galungan pertama kali dirayakan di Bali pada zaman kerajaan kuno. Tradisi ini diyakini sudah ada sejak abad ke-9, tapi waktu tepatnya agak sulit dipastikan karena setiap sumber menyebutkan cerita yang berbeda. Salah satu cerita yang terkenal datang dari kisah mitologi Bali, yaitu tentang pertempuran antara dewa dan raksasa yang melambangkan pertarungan antara kebaikan dan kejahatan.
Konon, raksasa bernama Mayadenawa pernah menguasai Bali dan membawa penderitaan bagi rakyat. Dia melarang rakyat menyembah para dewa dan menggantinya dengan aturan-aturan yang merugikan. Namun, akhirnya Dewa Indra turun dari surga dan mengalahkan Mayadenawa. Kemenangan Dewa Indra ini kemudian dijadikan simbol kemenangan dharma atas adharma, yang diperingati setiap 210 hari dalam kalender Bali dengan Hari Raya Galungan.
Makna Hari Raya Galungan
Secara spiritual, Galungan adalah momen untuk mengingatkan umat Hindu tentang pentingnya menjalankan kebenaran dalam kehidupan sehari-hari. Di hari ini, dipercaya bahwa para dewa dan leluhur turun ke bumi untuk memberi berkah kepada umat manusia. Jadi, Galungan nggak cuma soal perayaan fisik, tapi juga soal introspeksi diri dan menumbuhkan rasa syukur.
Selain itu, Galungan juga melambangkan penguatan hubungan manusia dengan alam semesta. Kamu pasti sering melihat hiasan janur yang dikenal dengan penjor yang dipasang di depan rumah-rumah saat Galungan, kan? Penjor ini melambangkan gunung dan kekayaan alam yang diberikan oleh Tuhan.
Perayaan Galungan
Biasanya, persiapan untuk Galungan dimulai beberapa hari sebelum hari puncaknya. Masyarakat Bali akan sibuk membuat banten (sesajen) untuk dipersembahkan di pura-pura dan rumah masing-masing. Banten ini dibuat dari berbagai bahan, seperti bunga, buah, dan janur, yang melambangkan rasa syukur atas kehidupan.
Kamu juga bakal melihat banyak penjor berjejer di sepanjang jalan, menambah suasana perayaan jadi lebih meriah. Di hari Galungan, umat Hindu akan melakukan persembahyangan bersama di pura untuk memohon berkah dan keselamatan.
Kuningan, Penutup Rangkaian Galungan
Sepuluh hari setelah Galungan, ada perayaan yang nggak kalah penting, yaitu Kuningan. Hari ini adalah puncak dari rangkaian Galungan, di mana umat Hindu percaya bahwa para dewa dan leluhur kembali ke surga setelah memberi berkah selama sepuluh hari. Kuningan juga merupakan momen untuk mengucapkan rasa syukur dan berdoa agar selalu berada di jalan kebaikan.
Galungan 2024
Untuk kamu yang ingin ikut merayakan atau sekadar mengetahui, Hari Raya Galungan pada tahun 2024 akan jatuh pada tanggal 25 September 2024. Jadi, jangan lupa tandai tanggal tersebut, ya! Sepuluh hari setelahnya, yaitu pada 5 Oktober 2024, akan dirayakan Hari Raya Kuningan sebagai penutup rangkaian perayaan Galungan.
Kesimpulan
Hari Raya Galungan adalah perayaan yang penuh makna bagi umat Hindu di Bali. Sejarahnya yang panjang dan sarat dengan cerita mitologi menunjukkan betapa pentingnya nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan manusia. Selain itu, Galungan juga menjadi momen spesial untuk mempererat hubungan dengan Tuhan, leluhur, dan alam semesta.
Buat para YOTers dan YOT Leaders, semangat untuk menebar kebaikan juga bisa dilakukan dengan mengikuti program YOT Share. Dana dari program ini akan disalurkan 100% ke panti-panti yang membutuhkan di Indonesia. Yuk, ikut berpartisipasi dan menjadi bagian dari perubahan positif dengan klik bit.ly/yukyotshare.