Contoh Toxic Positivity – Toxic positivity adalah kebiasaan untuk memaksakan pikiran positif dalam situasi yang seharusnya diberi ruang untuk perasaan negatif. Meski sering dilakukan dengan niat baik, hal ini bisa berujung pada ketidaknyamanan dan mengabaikan realitas perasaan orang lain. Berikut adalah 10 ungkapan toxic positivity yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari:
10 Contoh Toxic Positivity
Baca Juga:
- 10 Ungkapan Alternatif dari Toxic Positivity
- 10 Cara Membedakan Toxic Positivity dan Healthy Positivity
1. Contoh Toxic Positivity: “Jangan terlalu dipikirkan, semua akan baik-baik saja.”
Kalimat ini meremehkan perasaan seseorang dan mengabaikan kenyataan bahwa perasaan mereka perlu dihargai dan dipahami.
2. Contoh Toxic Positivity: “Kamu harus bersyukur, masih banyak orang yang lebih buruk kondisinya.”
Membandingkan masalah seseorang dengan orang lain membuat mereka merasa perasaan mereka tidak valid.
3. Contoh Toxic Positivity: “Kamu kuat, pasti bisa melalui ini!”
Alih-alih memberikan dukungan emosional, kalimat ini justru bisa membuat seseorang merasa tertekan untuk selalu kuat.
4. “Apa yang terjadi, biar aja. Jangan dibawa ke hati.”
Menyuruh orang untuk mengabaikan perasaan mereka bisa menutup kesempatan untuk mendalami emosi yang sebenarnya mereka rasakan.
5. “Lihatlah sisi positifnya!”
Memaksakan seseorang untuk melihat hal positif dalam situasi yang berat mengabaikan kenyataan bahwa mereka mungkin sedang membutuhkan waktu untuk merasakan kesedihan atau kekecewaan.
6. “Jangan terlalu sedih, kan masih ada besok.”
Mengabaikan perasaan kesedihan saat ini dan menekankan masa depan bisa mengurangi validitas perasaan seseorang.
7. “Semua yang terjadi pasti ada hikmahnya.”
Meskipun ini terdengar baik, memaksakan untuk menemukan hikmah terlalu cepat bisa membuat seseorang merasa tidak diperbolehkan untuk merasakan kesulitan.
8. “Kamu terlalu sensitif.”
Menilai perasaan orang lain sebagai berlebihan sering kali membuat mereka merasa tidak dihargai.
9. “Ini hanya masalah kecil, nggak usah dibesar-besarkan.”
Mengecilkan masalah seseorang bisa membuat mereka merasa tidak dipahami dan terabaikan.
10. “Jangan khawatir, kamu pasti akan baik-baik saja.”
Meski dimaksudkan untuk menenangkan, kalimat ini sering kali hanya membuat orang merasa dipaksa untuk berhenti cemas tanpa diberi ruang untuk merasakan perasaan mereka.
Penting untuk mengenali tanda-tanda toxic positivity agar bisa memberikan dukungan yang lebih empatik dan sehat. Jika Anda ingin mengembangkan kemampuan kepemimpinan dan empati lebih dalam, bergabunglah dengan join YOTLP – Young On Top, hadiri Young On Top National Conference 2025 – Young On Top*, dan temukan produk-produk inspiratif di Store – Young On Top untuk mendukung perjalanan pengembangan diri Anda!