Konferensi tahunan Young On Top yang digelar pada 19 Juli 2025 di Balai Kartini, Jakarta. Acara ini membuka ruang bagi anak muda untuk bertemu langsung dan belajar dari tokoh-tokoh inspiratif lintas sektor industri. Dalam salah satu sesi bertema “Indonesia Bicara Baik”, sejumlah pembicara seperti Boy Kelana Subroto selaku Perhumas, Malaikha Dayanara Kridaman selaku Content Creator & Host, Logikha Podcast, serta Fadri Attamimi selaku Director, Mahaka X, membahas peran media dan cara membuat konten yang relevan dan berdampak.
Dalam sesi ini, Boy Kelana Subroto menjelaskan bahwa Perhumas merupakan asosiasi humas tertua dan terbesar di Indonesia yang telah berdiri selama 30 tahun. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kompetensi para humas di seluruh Indonesia serta menggelorakan pentingnya etika komunikasi. Sepuluh tahun lalu, Perhumas menginisiasi gerakan “Indonesia Bicara Baik” sebagai upaya menyeimbangkan narasi negatif tentang Indonesia yang sering muncul di media sosial.
Baca juga:
- Semangat Perubahan di YOTNC 15: Bergerak, Konsisten, dan Berdampak
- YOTNC 15: Generasi Muda dapat taklukan Bisnis dalam era Transformasi Digital
Malaikha, Content Creator dan Host, menegaskan pentingnya memulai segala hal dari pertanyaan “why”. Kita harus berkaca dari permasalahan yang pernah dihadapi, lalu mencari jawaban dan solusi dari situ. Menurutnya, membuat konten yang menarik dimulai dari pemahaman akan masalah dan relevansi dengan audiens, terutama Gen Z.
Ia juga mengakui bahwa saat ini konten edukasi kalah bersaing dengan konten hiburan. Masyarakat lebih tertarik pada konten pendek yang ringan dan menghibur. Untuk mengatasinya, ia menyarankan pendekatan balance content: membuat satu konten edukasi dan satu konten hiburan untuk menarik minat penonton secara berimbang.
Fadri Attamimi, Director Mahaka X, menyampaikan bahwa media tidak lagi bisa sepenuhnya mengatur opini publik. “Media tidak lagi bisa mengatur apa yang orang pikirkan. Maka dari itu, penting untuk menciptakan ruang di mana publik bisa saling memberi masukan, berdiskusi, dan memahami sudut pandang berbeda,” jelas Fadri.
Ia juga menyebut tantangan terbesar Mahaka saat ini adalah memastikan setiap konten memiliki nilai dan makna serta mampu memberikan perspektif baru bagi audiens.
Dalam sesi ini, Malaikha juga menyinggung soal hate comment yang kerap muncul saat sebuah konten mulai dikenal. “Kalau ada yang nonton, pasti ada yang benci. Tapi kalau nggak ada yang benci, bisa jadi kontennya terlalu aman sampai nggak ada yang peduli. Jadi, itu bukan hal buruk,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa komentar negatif bisa menjadi bagian dari proses pendewasaan diri. Dari situ, kita bisa belajar memilah kritik: mana yang membangun dan patut dipertimbangkan, dan mana yang tidak perlu dibawa ke hati.
Menutup sesi, Boy Kelana menyampaikan bahwa salah satu pendekatan penting di era ini adalah pemanfaatan Artificial Intelligence (AI). AI bukanlah sesuatu yang harus dihindari, melainkan bisa menjadi alat bantu yang sangat kuat jika digunakan secara benar dan sesuai nilai-nilai komunikasi yang baik. Menurutnya, AI harus digunakan secara etis dan bertanggung jawab. “Konten harus dianalisis dengan prinsip komunikasi yang bertanggung jawab. Jangan takut menggunakan AI, tapi pastikan penggunaannya tepat dan bijak,” tegas Boy.
Dengan semangat #MudaSukses, Young On Top berharap YOTNC 15 menjadi batu loncatan bagi anak muda Indonesia untuk melangkah lebih jauh dalam mewujudkan mimpinya. Informasi lebih lanjut tentang kegiatan Young On Top lainnya dapat diakses melalui website resmi youngontop.com dan Instagram @youngontop.
====================================
Media Kontak
Dea Asyifa Fitri, Writer
brand@yotinspirasi.com
Essi Rosilawati, Editor
brand@yotinspirasi.com