Teknik Show, Don’t Tell – Dalam dunia storytelling, ada satu teknik yang sering dianggap sebagai kunci untuk membuat cerita lebih hidup dan menarik: “Show, Don’t Tell.” Teknik ini membantu kamu menyampaikan emosi, suasana, dan aksi dengan cara yang lebih nyata, bukan sekadar memberi tahu pembaca apa yang terjadi.
Kalau kamu ingin jadi penulis cerita yang lebih efektif—baik untuk novel, cerpen, script film, atau bahkan konten pemasaran—teknik ini wajib kamu kuasai. Yuk, bahas lebih dalam!
Baca juga:
- 10 Elemen Penting dalam Storytelling yang Harus Kamu Kuasai
- 10 Soft Skill yang Membantu Kamu Beradaptasi dengan Perubahan Teknologi
Teknik “Show, Don’t Tell” dalam Storytelling: Cara Menerapkannya
Apa Itu “Show, Don’t Tell”?
Sederhananya, “Show, Don’t Tell” berarti menggambarkan sesuatu dengan detail, bukan cuma menyatakannya secara langsung.
Misalnya:
❌ Dia sangat marah. (Tell)
✅ Wajahnya memerah, napasnya memburu, dan tangannya mengepal erat seolah siap menghancurkan sesuatu. (Show)
Lihat perbedaannya? Versi kedua bikin pembaca lebih bisa merasakan kemarahan si tokoh tanpa perlu diberi tahu secara eksplisit.
Kenapa Teknik Ini Penting?
- Membuat cerita lebih hidup
Dengan deskripsi yang lebih kaya, pembaca merasa lebih terhubung dengan karakter dan suasana cerita. - Meningkatkan emosi dalam cerita
Pembaca nggak cuma membaca, tapi ikut merasakan apa yang terjadi. - Menghindari narasi yang membosankan
Kalau cuma diberi tahu apa yang terjadi tanpa deskripsi yang kuat, cerita bisa terasa datar dan kurang menarik.
Cara Menerapkan “Show, Don’t Tell”
1. Gunakan Indera dalam Deskripsi
Biar cerita terasa nyata, gunakan deskripsi yang melibatkan penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, dan rasa.
Contoh:
❌ Kopinya panas. (Tell)
✅ Begitu cangkir menyentuh bibirnya, lidahnya tersentak oleh gelombang panas yang nyaris membakar. (Show)
2. Gunakan Dialog yang Bermakna
Jangan cuma bilang “dia marah”—tunjukkan lewat dialog yang kuat.
Contoh:
❌ Dia kesal karena tugasnya diambil orang lain. (Tell)
✅ “Serius? Lo bener-bener mikir bisa ambil kerjaan gue gitu aja?” suaranya bergetar, matanya menatap tajam. (Show)
3. Manfaatkan Bahasa Tubuh
Ekspresi wajah, gerakan tangan, atau sikap tubuh bisa jadi cara ampuh buat menunjukkan emosi.
Contoh:
❌ Dia takut. (Tell)
✅ Dengkuran anjing liar di gang itu membuatnya mundur selangkah, napasnya tersengal saat keringat dingin mulai membasahi punggungnya. (Show)
4. Gunakan Metafora dan Perbandingan
Perumpamaan bisa bikin deskripsi lebih hidup dan menggugah imajinasi pembaca.
Contoh:
❌ Langit mendung dan suram. (Tell)
✅ Awan gelap menggantung seperti selimut tebal yang siap menumpahkan hujan. (Show)
5. Tampilkan Konsekuensi, Bukan Sekadar Fakta
Jangan hanya bilang apa yang terjadi—tunjukkan dampaknya.
Contoh:
❌ Dia sedih setelah membaca pesan itu. (Tell)
✅ Tangannya gemetar saat memegang ponsel. Perlahan, ia menutup matanya, berusaha menahan air mata yang mulai menggenang. (Show)
Teknik “Show, Don’t Tell” bikin cerita lebih hidup, emosional, dan nggak monoton. Dengan deskripsi yang kuat, pembaca bisa lebih terhubung dengan karakter dan situasi yang kamu bangun.
Coba deh latih teknik ini dalam tulisanmu! Mulai dari menggambarkan emosi karakter, menambahkan dialog yang bermakna, sampai memainkan bahasa tubuh dalam narasi. Dengan konsisten menerapkannya, storytelling-mu bakal jauh lebih memikat!
Kalau kamu pengen ningkatin skill storytelling dan komunikasi yang lebih impactful, nggak cuma buat nulis tapi juga buat karier dan kepemimpinan, gabung aja di Young On Top Leadership Program (YOTLP)! Di sini, kamu bakal belajar banyak tentang soft skill, leadership, dan networking bareng komunitas anak muda yang punya visi sukses. Yuk, upgrade diri kamu sekarang lewat program ini! Daftar di sini: youngontop.com/joinyotlp