Kebijakan Pendidikan di Indonesia – Pendidikan adalah fondasi masa depan bangsa, tapi apakah kebijakan pendidikan di Indonesia sudah sesuai harapan? Dalam edisi #KuisKamis kali ini, kita tanya pendapat Yoters tentang kebijakan pendidikan yang mereka inginkan. Yuk, simak!
Baca juga:
- 10 Komunitas Anak Muda yang Peduli Pendidikan, Yuk Bergabung!
- 7 Cara Gen Z Sukses dalam Pendidikan di Masa Kini
Kebijakan Pendidikan di Indonesia Seperti Apa yang Kamu Harapkan?
1. Pemerataan Akses dan Peningkatan Literasi
Cakra (Mahasiswa UI) berharap kebijakan pendidikan lebih fokus pada pemerataan akses dan peningkatan literasi sejak dini. “Studi OECD (2021) menunjukkan kesenjangan infrastruktur dan mutu pengajar antara kota dan pedalaman. Program ‘Merdeka Belajar’ perlu diperkuat dengan alokasi anggaran yang lebih adil,” jelasnya. Apalagi, data PISA 2022 menunjukkan angka literasi Indonesia masih di bawah rata-rata global.
2. Eksplorasi Diri Sejak Dini
Karim (Mahasiswa UNAIR) menyoroti pentingnya eksplorasi diri dalam pendidikan. “Banyak orang merasa tidak cocok dengan bidang yang mereka tekuni. Pendidikan Indonesia harus memasukkan eksplorasi diri sejak SMP dan mulai mengkhususkan diri di SMA dengan konsultasi karier,” ujarnya.
3. Kesejahteraan Guru dan Beasiswa
Rahmaezan (Mahasiswa UPI) ingin kebijakan pendidikan lebih berpihak pada pelajar dan guru. “Pendidikan gratis, beasiswa, serta upah guru yang layak harus diperhatikan agar kualitas dan jumlah tenaga pengajar meningkat.”
4. Kurikulum yang Adaptif dan Inovatif
Ana (Mahasiswa UNSOED) berharap anggaran pendidikan lebih diarahkan ke pengembangan kurikulum yang relevan dan berbasis riset. “Pendidikan inklusif harus lebih dari sekadar jargon, tapi diterapkan dengan nyata.”
5. Prioritas untuk Wilayah 3T
Arwen (Mahasiswa UNAIR) ingin pendidikan di daerah terpencil lebih diperhatikan. “Program pertukaran pelajar dan beasiswa harus diperbanyak, serta tenaga pengajar dan fasilitas di wilayah 3T (terpencil, terpelosok, terdalam) harus menjadi prioritas.”
6. Pemerataan Fasilitas, Bukan Hanya Zonasi
Syarief (Mahasiswa UNS) menyoroti sistem zonasi yang belum cukup efektif. “Sistem zonasi hanya meratakan penerimaan siswa, bukan fasilitas dan tenaga pendidik. Pendidikan harus dilihat sebagai investasi, bukan sekadar biaya.”
7. Selaras dengan Industri dan Teknologi
Raja (Mahasiswa Telkom Univ) menekankan pentingnya kurikulum yang relevan dengan industri. “Akses pendidikan harus diperkuat, terutama bagi daerah terpencil, serta guru harus mendapat pelatihan dan insentif yang memadai.”
8. Fokus pada Proses, Bukan Sekadar Hasil
Kenshi (Mahasiswa Telkom Univ) ingin sistem pendidikan yang lebih menekankan proses belajar. “Siswa tidak boleh hanya mengejar nilai tinggi tanpa memahami materi. Kurikulum harus mendorong kreativitas dan berpikir kritis, terutama di era digital.”
9. Metode Pembelajaran Modern
Rafif (Mahasiswa UNS) ingin metode pembelajaran yang lebih modern dan interaktif. “Pembelajaran harus menarik agar siswa lebih antusias. Penguatan literasi dan numerasi juga perlu ditingkatkan.”
10. Kurikulum Kontekstual dan Guru Sejahtera
Miftah (Mahasiswa UPI) menyoroti pentingnya kurikulum yang relevan dengan kehidupan nyata. “Selain itu, teknologi harus dioptimalkan dalam pembelajaran, serta kesejahteraan guru ditingkatkan karena guru yang bahagia bisa membuat siswa lebih semangat belajar.”
11. Akses Pendidikan untuk Semua
Alwan (Mahasiswa UNSOED) ingin kebijakan pendidikan lebih pro terhadap anak dari keluarga kurang mampu. “Banyak siswa yang terhambat biaya. Bantuan keuangan dan biaya sekolah yang terjangkau harus menjadi prioritas.”
Yuk, Gabung di Yoters!
Pendapat Yoters di atas menunjukkan bahwa pendidikan yang ideal harus merata, relevan, dan mendukung perkembangan individu. Gimana menurut kamu? Ikutan diskusi seru lainnya dengan gabung di komunitas Yoters di Young On Top! 🚀