Buat kamu yang lagi galau mau ambil IELTS atau TOEFL, pasti pernah denger kalau banyak orang bilang IELTS itu lebih susah. Emang sih, dua-duanya sama-sama tes kemampuan bahasa Inggris, tapi gaya dan formatnya beda banget. Nah, berikut ini 9 alasan kenapa banyak orang ngerasa IELTS lebih sulit dibanding TOEFL!
Baca juga
- 7 Komponen Ujian IELTS yang Sering Bikin Peserta Kewalahan
- 10 Jenis Pertanyaan di IELTS Reading yang Paling Menjebak
Alasan Kenapa IELTS Dianggap Lebih Sulit dari TOEFL
1. Format Tes yang Lebih “Real-Life”
IELTS cenderung ngetes kemampuan bahasa Inggris yang lebih mirip sama percakapan sehari-hari. Jadi, kamu harus ngerti berbagai aksen dan konteks yang lebih natural. Kalau TOEFL cenderung akademis dan terstruktur, IELTS malah ngerasa kayak kamu lagi ngobrol atau dengerin orang beneran.
2. Aksen Inggris yang Beragam
Di IELTS, kamu bakal denger aksen dari Inggris, Australia, bahkan Selandia Baru. Buat yang terbiasa sama aksen Amerika kayak di TOEFL, ini bisa jadi tantangan baru yang bikin kepala agak pening di bagian listening.
3. Speaking Test Tatap Muka
Bagian speaking IELTS dilakukan langsung sama penguji, bukan lewat komputer kayak TOEFL. Buat sebagian orang, ngobrol langsung bisa bikin gugup karena harus mikir cepat, jaga kontak mata, dan tetap tenang di bawah tekanan.
4. Writing Task Lebih Kompleks
IELTS nuntut kamu buat nulis dua jenis tulisan: deskripsi grafik (Task 1) dan esai (Task 2). Task 1 ini tricky karena kamu harus bisa jelasin data dengan jelas tapi tetap ringkas. Nggak cukup cuma grammar bagus — kamu juga harus bisa analisis data dengan logis.
5. Listening Penuh Detail
Bagian listening IELTS lebih menantang karena kamu cuma bisa dengerin rekaman sekali. Isinya pun panjang dan berisi banyak informasi detail, kayak jadwal, angka, atau arah jalan. Salah sedikit aja bisa langsung ketinggalan poin penting.
6. Skoring yang Lebih Ketat
Nilai IELTS pakai band score (0–9), dan buat naik setengah poin aja kadang susah banget. Penilaian juga lebih subjektif, terutama di speaking dan writing, tergantung gimana pengujinya menilai gaya bahasa dan ide kamu.
7. Soal Reading yang Butuh Fokus Tinggi
Teks di reading IELTS seringkali panjang dan penuh istilah akademik. Selain itu, kamu juga harus hadapi berbagai tipe soal — mulai dari True/False/Not Given sampai matching heading. Nggak cuma baca cepat, tapi juga harus paham konteks.
8. Timing yang Ketat
Waktu di tiap bagian IELTS itu bener-bener mepet. Misalnya, di reading kamu cuma punya 60 menit buat 3 teks yang panjang. Kalau nggak bisa manajemen waktu dengan baik, bisa-bisa soal terakhir nggak sempat dijawab.
9. Nggak Bisa “Ngandelin” Teknologi
Kalau TOEFL iBT bisa dikerjain full di komputer, IELTS (versi paper-based) masih butuh nulis tangan dan dengerin dari rekaman tanpa bantuan highlight otomatis. Buat sebagian orang, ini bikin IELTS terasa lebih “manual” dan melelahkan.
Jadi, IELTS memang punya tantangan tersendiri yang bikin banyak orang bilang lebih susah dari TOEFL. Tapi kalau kamu terbiasa ngobrol dalam bahasa Inggris dan suka gaya komunikasi yang alami, bisa jadi IELTS malah lebih cocok buat kamu. Intinya, bukan soal mana yang lebih gampang, tapi mana yang lebih sesuai sama gaya belajarmu!