Young On Top

10 Kebijakan Tone Deaf dari Pemerintah yang Menuai Kritik

Kebijakan Tone Deaf

Kebijakan Tone Deaf – Peraturan publik seharusnya lahir dari empati dan kebutuhan masyarakat. Namun, dalam praktiknya, ada sejumlah keputusan pemerintah yang dinilai tone deaf—tidak peka terhadap kondisi sosial maupun ekonomi warga. Hal ini kerap memicu kritik luas dari masyarakat. Berikut sepuluh contohnya.

10 Kebijakan Tone Deaf

Baca Juga:

1. Kebijakan Tone Deaf: Kenaikan Pajak di Tengah Krisis Ekonomi

Alih-alih membantu masyarakat, kebijakan ini justru menambah beban hidup warga.

2. Kebijakan Tone Deaf: Proyek Besar Saat Anggaran Sosial Ditekan

Membangun infrastruktur mewah sementara anggaran kesehatan atau pendidikan dipangkas sering dianggap tidak proporsional.

3. Kebijakan Tone Deaf: Pengeluaran Seremonial Berlebihan

Acara seremonial yang menghabiskan dana besar di saat rakyat mengalami kesulitan memunculkan kritik keras.

4. Penanganan Bencana yang Minim Respons

Keterlambatan dalam memberi bantuan atau komentar yang meremehkan korban dianggap tidak manusiawi.

5. Kebijakan Transportasi yang Tidak Ramah Rakyat

Mengutamakan kendaraan pribadi pejabat sementara transportasi publik terbengkalai menjadi sorotan.

6. Regulasi yang Menguntungkan Segelintir Pihak

Aturan yang lebih berpihak pada investor besar dibanding masyarakat kecil sering dinilai tidak adil.

7. Mengabaikan Isu Lingkungan

Kebijakan yang memberi izin eksploitasi besar-besaran tanpa memperhatikan keberlanjutan menuai protes.

8. Komunikasi yang Menyepelekan Krisis

Pernyataan pejabat yang menenangkan tanpa solusi nyata justru dianggap merendahkan penderitaan rakyat.

9. Kenaikan Harga Kebutuhan Pokok Tanpa Subsidi

Masyarakat menilai langkah ini tidak berpihak pada kelompok rentan yang paling terdampak.

10. Penanganan Pandemi yang Tidak Konsisten

Perubahan aturan yang mendadak dan tidak konsisten membuat publik bingung sekaligus frustasi.


Kebijakan yang dinilai tone deaf bisa merusak kepercayaan publik terhadap pemerintah. Untuk menghindarinya, diperlukan komunikasi yang empatik, kebijakan berbasis kebutuhan masyarakat, serta keterbukaan dalam pengambilan keputusan.

✨ Tingkatkan pemahaman tentang kepemimpinan dan komunikasi publik bersama join YOTLP – Young On Top, dan temukan berbagai produk inspiratif hanya di Store – Young On Top

 

Most Reading