5 Ariel Tatum dan Perjuangannya Melawan Stigma Kesehatan Mental – Di balik wajah cantik dan karier cemerlangnya, Ariel Tatum menyimpan perjuangan besar yang jarang diketahui publik: melawan stigma kesehatan mental. Sebagai publik figur, Ariel berani membuka diri tentang pengalaman pribadinya—suatu langkah berani yang jarang dilakukan selebritas Indonesia. Perjuangannya ini menjadi inspirasi penting bagi generasi muda untuk lebih terbuka dan peduli terhadap isu kesehatan mental.
Baca juga:
- 5 Transformasi Gaya Ariel Tatum: Dari Artis Cilik ke Ikon Fashion Modern
- 5 Perjalanan Karier Ariel Tatum dari Dunia Hiburan ke Aktivisme Sosial
5 Ariel Tatum dan Perjuangannya Melawan Stigma Kesehatan Mental
1. Berani Mengakui Kondisi Mental Secara Terbuka
Ariel Tatum pernah mengungkap bahwa dirinya sempat mengalami gangguan mental, termasuk depresi dan kecemasan. Keputusannya untuk jujur tentang hal ini di depan publik bukanlah hal mudah, tetapi ia memilih untuk tidak menyembunyikannya demi meningkatkan kesadaran masyarakat.
2. Menolak Label dan Stereotip
Banyak orang masih menganggap gangguan mental sebagai hal tabu. Ariel melawan pandangan itu dengan menyuarakan bahwa memiliki masalah kesehatan mental bukan berarti lemah atau “tidak normal”. Ia mengajak publik untuk tidak mudah menghakimi, dan lebih memilih untuk mendengarkan.
3. Menjalani Terapi dan Self-Healing
Ariel tidak hanya bicara, tapi juga memberi contoh. Ia rutin menjalani terapi dan menerapkan berbagai cara self-healing seperti meditasi dan journaling. Ia membuktikan bahwa meminta bantuan bukanlah tanda kelemahan, tapi bentuk keberanian.
4. Menyuarakan Isu Kesehatan Mental Lewat Media Sosial
Lewat akun Instagram dan berbagai wawancara, Ariel aktif membagikan pengalaman dan pesan positif soal kesehatan mental. Ia menggunakan pengaruhnya untuk membangun komunitas yang lebih suportif dan terbuka terhadap orang-orang yang sedang berjuang.
5. Menginspirasi Anak Muda untuk Tidak Takut Bicara
Dengan semua yang ia lakukan, Ariel ingin anak muda tahu bahwa mereka tidak sendiri. Ia mendorong generasi Z untuk lebih terbuka terhadap emosi, berani mencari pertolongan, dan saling mendukung satu sama lain.