Hi YOTers, saya Yuni salah satu YOTPassus yang bekerja & berkarya di PT YOT Muda Sukses (Young On Top). Menulis di website YOT bukanlah kali pertama untuk saya karena sebelumnya saya adalah salah satu writer yang menulis artikel YOT setiap hari di awal tahun 2022 lalu. Kalau sebelumnya saya menulis hal-hal yang berkaitan dengan ke-6 pilar Young On Top which kalian pasti udah tau yaitu Pendidikan, Kesehatan, Lingkungan, Sosial, Kewirausahaan (yang saat ini menjadi “UMKM”), dan Teknologi, sekarang saya ingin berbagi tulisan yang lebih menceritakan diri saya tentang “accepting myself for who i am“.
Minggu, 29 September 2024 adalah waktu dimana saya semakin sadar tentang “self-acceptance“. Saat itu saya sedang ada di salah satu acara yang mana YOT hadir dengan membuka booth di acara itu. Seperti buka booth pada umumnya tentu kita harus fokus ke objektif perusahaan yang pada saat itu adalah untuk showing produk-produk YOT Store, toko cenderamatanya Young On Top. Di sana dipajang juga buku “YOT Updated” yang isinya adalah 40 kunci sukses di usia muda karya Pak Billy Boen.
Pada hari itu ada salah satu panitia yang datang ke booth YOT dan kami terlibat diskusi soal value hidup yang paling penting. Saya bilang yang penting bagi saya adalah “be grateful” dan ini juga ada di buku YOT. Lalu dia merespon, “bersyukur tuh gak selalu baik, karena kalau kita bersyukur kita jadi membandingkan diri kita dan merasa bahwa orang lain hidupnya lebih buruk dari kita”. Saya tidak setuju pada poin membandingkan. Menurut saya, bersyukur itu tentang “menerima & sadar tentang diri kita secara penuh” namun tetap berusaha memperbaiki apa yang bisa diperbaiki.
“The first step to accepting yourself is to stop comparing yourself to others.” – Joe Duncan
Diskusi lanjutannya adalah dia bertanya bagaimana saya merespon kalau ada orang yang lebih beruntung berkata, “gue bersyukur banget karena hidup gue gak kayak lo” di hadapan saya. Sederhana, saya tidak harus merespon apa pun cukup dengar pendapatnya karena intinya “tidak masalah dan tidak peduli”. Saya sadar dan terima diri saya yang saat ini secara penuh. Kalau ada hal-hal yang bisa saya improve, then i’ll do my best to keep improving tanpa harus melakukannya dengan goal menjadi lebih dari orang lain.
“The curious paradox is that when I accept myself just as I am, then I can change.” — Carl Rogers
Elsa, salah satu sahabat saya di Young On Top juga berkata, “kita harus terima diri kita dulu, baru bisa open sama orang lain”. Kalau belum bisa terima diri kita, pasti perasaan untuk blaming diri sendiri tuh lebih mungkin muncul. Ketika sudah terima & sadar tentang diri sendiri, kita jadi lebih siap untuk terbuka sama opini orang lain whetever it’s good or bad.
Saya bersyukur karena ada di lingkungan yang selalu respect & tidak merendahkan orang lain. Namun, pernah juga ada di momen yang tidak menyenangkan dan membuat saya kecewa, ingin nangis, dan marah. Tapi after this & that, some such & such, i think it’s time for me (& you) to just don’t care sama setiap omongan & tindakan orang lain yang gak membangun kita. Kita tentu gak bisa kontrol perkataan orang lain, tapi bisa kontrol apa yang perlu kita pikirin & fokusin, bukan? So, let’s just focus on ourselves!