Young On Top

7 Dampak Psikologis Jadi Late Bloomer (dan Cara Menyikapinya)

7 Dampak Psikologis Jadi Late Bloomer (dan Cara Menyikapinya)

Ngerasa jadi “terlambat” dibanding teman-teman seumuran? Santai, kamu nggak sendiri. Banyak kok yang baru nemu jalannya di usia 30-an, bahkan 40-an. Mereka biasa disebut late bloomer. Tapi, jujur aja, jadi late bloomer itu bisa cukup menguras emosi. Dari ngerasa minder sampai overthinking, semua pernah dialamin.

Nah, biar kamu bisa lebih aware dan nggak larut dalam tekanan, yuk kenali 7 dampak psikologis jadi late bloomer — lengkap sama cara menyikapinya!

Baca juga:

Dampak Psikologis Jadi Late Bloomer (dan Cara Menyikapinya)

7 Dampak Psikologis Jadi Late Bloomer (dan Cara Menyikapinya)

1. Rasa Minder dan Kurang Percaya Diri

Melihat teman-teman udah punya pekerjaan mapan, bisnis jalan, atau udah nikah, bisa bikin kamu ngerasa “ketinggalan kereta”. Akibatnya, kepercayaan diri pun ikut turun.

Cara menyikapinya:
Bandingin diri sendiri sama orang lain itu jebakan. Fokus aja ke perkembanganmu sendiri. Setiap orang punya timeline masing-masing. Kalo kamu udah berkembang hari ini dibanding tahun lalu, itu udah kemajuan.

2. Overthinking Sama Masa Depan

Late bloomer sering banget mikir, “Nanti aku bisa sukses nggak ya?”, “Apa aku bakal nyesel?” — dan pertanyaan lain yang muter-muter di kepala.

Cara menyikapinya:
Break your goals into small steps. Gak usah mikirin 10 tahun ke depan dulu. Fokus ke 3 bulan ke depan. Satu-satu aja, asal konsisten.

3. Merasa Terisolasi

Ketika circle pertemanan mulai sibuk dengan hidup masing-masing, kamu mungkin ngerasa makin jauh dan sendirian.

Cara menyikapinya:
Bangun support system baru. Ikut komunitas, ikut program pengembangan diri, atau ngobrol sama orang-orang yang sefrekuensi. Nggak semua orang ngerti jalanmu, tapi pasti ada yang relate.

4. Tekanan dari Keluarga atau Lingkungan

Sering banget dapet komentar kayak “Kapan nikah?”, “Kok masih kerja kayak gitu sih?” — ini bisa nyentil mental banget.

Cara menyikapinya:
Tetapin boundaries. Kamu nggak wajib ngejelasin semua pilihan hidupmu. Pilih mana komentar yang membangun, mana yang harus kamu abaikan.

5. Sulit Menghargai Diri Sendiri

Karena fokus ke kekurangan, kamu jadi lupa bahwa kamu punya banyak hal positif yang udah kamu capai — walau kecil.

Cara menyikapinya:
Biasain self-reflection dan apresiasi diri. Coba tulis 3 hal kecil yang kamu syukuri atau capai tiap malam. Pelan-pelan, kamu bakal lebih sayang sama diri sendiri.

6. Cemas Saat Lihat Sosial Media

Scroll Instagram atau LinkedIn bisa jadi bumerang. Teman upload pencapaian, kamu malah jadi ngerasa nggak berguna.

Cara menyikapinya:
Kurangin waktu liat sosmed. Ingat, yang ditunjukin orang di sosmed itu cuma highlight. Kamu nggak tahu proses dan struggle mereka di balik layar.

7. Kehilangan Arah

Kadang kamu bisa ngerasa bingung, “Sebenarnya aku ini mau ke mana sih?”

Cara menyikapinya:
Coba eksplor hal baru. Ambil kursus, ikut program pengembangan diri, atau mulai project kecil. Dari situ kamu bisa nemuin apa yang bener-bener kamu suka dan jagoin.

Jadi Late Bloomer Bukan Akhir Dunia

Ingat, jadi late bloomer bukan berarti kamu gagal. Justru kamu lagi proses jadi versi terbaik dari diri sendiri. Perjalananmu mungkin beda — tapi bukan berarti nggak bermakna.

Kalau kamu pengen upgrade diri, ningkatin soft skill, dan belajar leadership bareng anak-anak muda se-Indonesia, kamu bisa banget daftar di Young On Top Leadership Program (YOTLP). Ini bukan cuma soal jadi pemimpin, tapi juga soal jadi pribadi yang siap menghadapi masa depan.

👉 Daftar YOTLP sekarang di sini

Share the Post: