5 Menghadapi Krisis Reputasi: Langkah Yudha Prasetya dalam Menjaga Citra Astra – Di era digital, reputasi sebuah perusahaan bisa berubah hanya dalam hitungan detik. Sekali salah langkah, kepercayaan publik bisa runtuh. Namun, Yudha Prasetya, Head of Brand Communications Astra, membuktikan bahwa krisis bukan akhir dari segalanya—melainkan momen penting untuk menunjukkan integritas dan ketegasan brand. Ia berhasil menjaga citra Astra tetap kokoh meski di tengah badai isu dan tantangan. Berikut lima langkah strategis yang diterapkan Yudha Prasetya dalam menghadapi krisis reputasi dan menjaga kepercayaan masyarakat:
Baca juga:
- 5 Kepemimpinan Komunikatif: Gaya Manajerial Yudha Prasetya
- 5 Tips Membangun Tim Komunikasi yang Solid ala Yudha Prasetya
5 Menghadapi Krisis Reputasi: Langkah Yudha Prasetya dalam Menjaga Citra Astra
- Respons Cepat dan Tidak Menunda
Yudha paham bahwa dalam krisis, kecepatan adalah segalanya. Ia memastikan tim komunikasi Astra selalu siaga untuk merespons isu secara cepat, sebelum persepsi negatif menyebar lebih luas. Diam bukan pilihan. - Transparan dalam Menyampaikan Fakta
Komunikasi yang jujur adalah kunci. Yudha mendorong keterbukaan informasi, menyampaikan fakta apa adanya, dan tidak menyembunyikan kesalahan. Langkah ini penting untuk membangun kembali kepercayaan publik. - Fokus pada Empati, Bukan Sekadar Klarifikasi
Saat krisis terjadi, Yudha memastikan bahwa setiap pernyataan dari Astra tidak hanya menjelaskan posisi perusahaan, tapi juga menunjukkan empati terhadap pihak yang terdampak. Ini membuat komunikasi terasa lebih manusiawi dan tulus. - Libatkan Pemangku Kepentingan Sejak Awal
Yudha percaya bahwa krisis tidak bisa dihadapi sendirian. Ia mengajak berbagai pihak—mulai dari karyawan, komunitas, hingga media—untuk bersama-sama menyelesaikan masalah dan menjaga nama baik perusahaan. - Gunakan Media Sosial secara Cerdas dan Terukur
Di tengah derasnya opini publik di media sosial, Yudha mengarahkan penggunaan platform digital untuk menyampaikan klarifikasi secara efektif, mengedukasi publik, dan tetap menjaga nada komunikasi yang profesional.
Krisis bisa datang kapan saja, tapi dengan komunikasi yang strategis dan penuh empati, reputasi bisa dipulihkan bahkan diperkuat.