5 Kontroversi Pencalonan Gibran sebagai Cawapres 2024: Anak Muda Wajib Tahu! – Pencalonan Gibran Rakabuming Raka sebagai calon wakil presiden (Cawapres) dalam Pemilu 2024 mendampingi Prabowo Subianto menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Di usianya yang baru menginjak 36 tahun saat itu, Gibran menjadi sosok muda yang masuk ke panggung politik nasional dengan sangat cepat. Namun, proses pencalonannya juga dibarengi dengan berbagai kontroversi yang hangat diperbincangkan, terutama di kalangan anak muda yang semakin kritis terhadap dinamika politik Indonesia. Berikut lima kontroversi yang paling mencolok:
Baca juga:
- 5 Strategi Komunikasi Politik Gibran di Era Digital yang Relevan untuk Anak Muda
- 5 Gaya Kepemimpinan Gibran Rakabuming Sebagai Wali Kota Solo yang Menginspirasi Anak Muda
5 Kontroversi Pencalonan Gibran sebagai Cawapres 2024: Anak Muda Wajib Tahu!
1. Perubahan Syarat Usia Cawapres
Salah satu polemik terbesar adalah perubahan syarat usia minimum Cawapres oleh Mahkamah Konstitusi (MK) menjadi “pernah atau sedang menjabat sebagai kepala daerah” meskipun belum berusia 40 tahun. Gibran, sebagai Wali Kota Solo, diuntungkan oleh putusan ini, yang membuat banyak pihak mempertanyakan independensi dan etika hukum di baliknya.
2. Dugaan Konflik Kepentingan di MK
Putusan yang membuka jalan bagi Gibran dikaitkan dengan posisi Ketua MK saat itu yang merupakan pamannya sendiri, Anwar Usman. Meskipun Anwar kemudian dinyatakan melanggar etik, keputusan tetap berlaku, dan isu nepotisme menjadi sorotan tajam.
3. Proses Pencalonan yang Terkesan Tiba-Tiba
Banyak pihak menilai pencalonan Gibran sebagai manuver politik yang tidak transparan. Tidak adanya komunikasi terbuka sejak awal membuat publik merasa dikagetkan oleh keputusan tersebut.
4. Kritik soal Minimnya Pengalaman Nasional
Meski pernah menjabat sebagai Wali Kota Solo, Gibran dianggap belum memiliki cukup pengalaman dalam skala nasional, sehingga muncul keraguan atas kemampuannya mengemban posisi strategis seperti wakil presiden.
5. Polarisasi di Kalangan Pemilih Muda
Sebagian anak muda mendukung Gibran karena representasi generasi muda di politik nasional, tapi tidak sedikit juga yang kecewa karena menilai pencalonannya tidak mencerminkan proses demokrasi yang sehat.
Pencalonan Gibran jadi cerminan penting bagaimana politik tidak hanya soal kekuasaan, tapi juga soal etika, proses, dan partisipasi publik yang adil.