5 Komunikasi Krisis di Era Media Sosial: Pelajaran dari Boy Kelana Soebroto – Di era media sosial, krisis komunikasi bisa terjadi dalam hitungan detik—dan dampaknya bisa menyebar lebih luas dari yang kita bayangkan. Dari isu kecil yang viral, reputasi individu, perusahaan, bahkan institusi negara bisa terancam. Boy Kelana Soebroto, Ketua Umum PERHUMAS, punya banyak pelajaran penting tentang bagaimana menghadapi situasi seperti ini secara profesional dan bijak. Berikut lima pelajaran penting dari Boy Kelana tentang komunikasi krisis di era digital:
Baca juga:
- 5 Menghadapi Era Digital: Pandangan Boy Kelana tentang Masa Depan Komunikasi Publik
- 5 Visi Boy Kelana Soebroto dalam Menguatkan Peran Humas sebagai Penjaga Reputasi Bangsa
5 Komunikasi Krisis di Era Media Sosial: Pelajaran dari Boy Kelana Soebroto
1. Tanggap dan Cepat Merespons
Menurut Boy, waktu adalah segalanya dalam krisis. Di media sosial, keheningan bisa dianggap sebagai pengakuan atau kelalaian. Maka, penting untuk segera memberi respons awal yang jelas dan menunjukkan bahwa institusi atau individu peduli terhadap situasi yang terjadi.
2. Transparansi adalah Kunci Kepercayaan
Dalam setiap krisis, Boy selalu menekankan pentingnya bersikap terbuka dan jujur. Masyarakat saat ini bisa dengan mudah mengakses berbagai sumber informasi. Jika kita menyembunyikan kebenaran, cepat atau lambat, publik akan mengetahuinya dan kepercayaan akan hilang.
3. Gunakan Nada Empatik, Bukan Defensif
Boy mengingatkan agar pelaku komunikasi di media sosial menggunakan bahasa yang empatik. Tunjukkan kepedulian terhadap pihak yang terdampak. Nada defensif justru bisa memperkeruh keadaan dan menciptakan persepsi negatif.
4. Monitor dan Analisa Percakapan Publik
Salah satu strategi krusial dari Boy adalah memantau opini publik secara real-time. Dari analisis itu, strategi komunikasi bisa disesuaikan agar lebih relevan dan tepat sasaran. Ini penting untuk menghindari reaksi berlebihan atau miskomunikasi.
5. Ambil Tindakan Nyata, Bukan Hanya Klarifikasi
Boy percaya bahwa permintaan maaf atau pernyataan resmi saja tidak cukup. Harus ada tindakan konkret yang menunjukkan tanggung jawab dan komitmen untuk memperbaiki keadaan. Ini yang membedakan komunikasi krisis yang berhasil dari yang gagal.
Pelajaran dari Boy Kelana ini penting banget buat kamu yang aktif di media sosial, apalagi kalau kamu bercita-cita jadi komunikator, content creator, atau pemimpin masa depan. Yuk, mulai belajar cara berkomunikasi yang tanggap, jujur, dan bertanggung jawab sejak sekarang!