Young On Top

5 Kepemimpinan Komunikatif: Gaya Manajerial Yudha Prasetya

5 Kepemimpinan Komunikatif: Gaya Manajerial Yudha Prasetya – Di dunia kerja saat ini, menjadi pemimpin bukan hanya soal memberi perintah atau mengejar target—tetapi juga soal kemampuan berkomunikasi yang kuat dan empatik. Yudha Prasetya, Head of Brand Communications Astra, menunjukkan bagaimana gaya kepemimpinan komunikatif mampu membangun tim yang solid, kreatif, dan berdaya saing tinggi. Berikut lima prinsip kepemimpinan komunikatif ala Yudha Prasetya yang bisa kamu jadikan inspirasi saat kamu mulai meniti karier atau membangun timmu sendiri:

Baca juga:

5 Kepemimpinan Komunikatif: Gaya Manajerial Yudha Prasetya

  1. Mendengarkan Sebelum Memberi Arahan
    Yudha selalu memberi ruang bagi tim untuk menyampaikan ide, kritik, maupun masukan. Ia percaya bahwa pemimpin yang baik bukan hanya yang banyak bicara, tapi yang tahu kapan harus mendengarkan.
  2. Menyampaikan Visi dengan Bahasa yang Membumi
    Sebagai pemimpin, Yudha punya visi yang besar. Tapi ia tahu bahwa visi tersebut harus dikomunikasikan dengan cara yang sederhana, jelas, dan membumi agar bisa dipahami dan dijalankan oleh semua anggota tim.
  3. Memberi Umpan Balik Secara Positif dan Membangun
    Bagi Yudha, kritik tidak harus menjatuhkan. Ia memilih untuk memberi feedback dengan pendekatan yang membangun, agar setiap anggota tim merasa dihargai dan termotivasi untuk berkembang.
  4. Menciptakan Ruang Diskusi yang Sehat
    Yudha mendorong budaya diskusi terbuka dalam timnya. Ia percaya bahwa inovasi lahir dari perbedaan perspektif, dan tugas pemimpin adalah menjadi fasilitator yang menyatukan berbagai sudut pandang menjadi solusi terbaik.
  5. Menjadi Teladan dalam Komunikasi Sehari-hari
    Gaya manajerial Yudha bukan hanya terlihat dalam rapat besar, tapi juga dalam keseharian. Cara ia menyapa, mengapresiasi, dan merespons anggota tim jadi contoh nyata bahwa komunikasi adalah bagian dari kepemimpinan itu sendiri.

Yudha Prasetya membuktikan bahwa pemimpin yang komunikatif bisa membentuk budaya kerja yang sehat dan produktif—bukan lewat tekanan, tapi lewat kepercayaan dan keterbukaan.

Share the Post: