5 Dari Anak Daerah untuk Bangsa: Visi Nasionalisme Bhrisco Jordy – Di tengah gempuran isu nasionalisme yang sering kali dibalut simbol-simbol besar, Bhrisco Jordy, pemuda asal Papua, hadir dengan cara yang berbeda. Ia menunjukkan bahwa mencintai Indonesia tidak selalu tentang seragam, lagu kebangsaan, atau upacara bendera—tetapi tentang bekerja nyata untuk masyarakat. Lewat gerakan Papua Future Project, Bhrisco membawa visi nasionalisme yang membumi dan relevan, terutama bagi anak-anak muda dari daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal).
Baca juga:
- 5 Dampak Nyata Papua Future Project di Komunitas Lokal
- 5 Kontribusi Bhrisco Jordy dalam Pembangunan SDM Muda Papua
5 Dari Anak Daerah untuk Bangsa: Visi Nasionalisme Bhrisco Jordy
Pertama, nasionalisme versi Bhrisco dimulai dari kesadaran akan akar lokal. Ia bangga menjadi anak Papua dan justru menjadikan identitas itu sebagai kekuatan. Dengan membangun komunitas di kampung halamannya, ia menunjukkan bahwa cinta tanah air dimulai dari mencintai tempat kita berasal.
Kedua, Bhrisco memandang nasionalisme sebagai tindakan untuk memperkecil ketimpangan. Ia tidak tinggal diam saat melihat kesenjangan pendidikan antara pusat dan pinggiran. Ia bergerak, menciptakan akses belajar untuk anak-anak yang terpinggirkan, demi keadilan sosial yang lebih merata.
Ketiga, ia membangun nasionalisme lewat kolaborasi lintas daerah. Dalam Papua Future Project, anak muda dari berbagai penjuru Indonesia ikut bergabung sebagai relawan. Di situlah semangat persatuan tumbuh bukan karena slogan, tapi karena aksi dan pengalaman bersama.
Keempat, Bhrisco percaya bahwa nasionalisme sejati adalah menjadikan Indonesia rumah yang layak bagi semua, termasuk mereka yang selama ini terlupakan. Ia memperjuangkan kesetaraan agar anak-anak Papua punya peluang yang sama dengan anak-anak di kota besar.
Kelima, visi nasionalisme Bhrisco adalah tentang generasi yang saling menguatkan. Ia ingin agar anak muda tidak sekadar bangga jadi orang Indonesia, tapi juga berani berkontribusi untuk bangsanya.
Nasionalisme tidak harus dimulai dari gedung tinggi atau meja parlemen. Kamu bisa memulainya dari lingkunganmu sendiri—karena cinta Indonesia sejati lahir dari aksi, bukan hanya kata-kata!