Mitos Tempe – Tempe adalah makanan fermentasi berbahan dasar kedelai yang populer di Indonesia dan semakin dikenal di seluruh dunia. Namun, ada banyak kesalahpahaman yang berkembang seputar tempe. Berikut adalah sepuluh kesalahpahaman tentang tempe yang perlu diluruskan:
10 Mitos Tempe
Baca Juga:
1. Mitos Tempe: Hanya Makanan Murah
Meskipun tempe sering dianggap sebagai makanan murah di Indonesia, sebenarnya tempe memiliki nilai gizi tinggi dan manfaat kesehatan yang setara dengan makanan mahal lainnya.
2. Mitos Tempe: Hanya untuk Vegetarian
Meskipun tempe adalah pilihan populer di kalangan vegetarian dan vegan, semua orang, termasuk mereka yang makan daging, dapat menikmati manfaat gizi dari tempe.
3. Mitos Tempe: Membosankan
Ada anggapan bahwa tempe hanya bisa dimasak dengan cara digoreng. Padahal, tempe sangat serbaguna dan bisa diolah menjadi berbagai hidangan seperti sate, burger, tumis, dan banyak lagi.
4. Tinggi Lemak
Sebenarnya, tempe rendah lemak jenuh dan kaya akan lemak tak jenuh yang sehat, menjadikannya pilihan yang baik untuk diet rendah lemak.
5. Tidak Cocok untuk Pencernaan
Sebaliknya, tempe mengandung probiotik dari proses fermentasinya yang baik untuk kesehatan pencernaan dan membantu keseimbangan mikrobiota usus.
6. Tidak Sehat karena Digoreng
Memang benar, menggoreng tempe bisa menambah kandungan lemak. Namun, tempe juga bisa dimasak dengan cara yang lebih sehat seperti dipanggang, dikukus, atau direbus.
7. Mengandung Kolesterol
Tempe adalah produk nabati yang secara alami bebas kolesterol, menjadikannya pilihan makanan yang baik untuk kesehatan jantung.
8. Tidak Mengandung Protein Lengkap
Meskipun tempe adalah sumber protein nabati, ia mengandung semua asam amino esensial yang diperlukan tubuh, sehingga dianggap sebagai protein lengkap.
9. Fermentasi Membuat Tempe Berbahaya
Proses fermentasi tempe dikontrol dengan baik dan menggunakan jamur yang aman, menghasilkan produk yang aman untuk dikonsumsi.
10. Sulit Ditemukan di Luar Indonesia
Meskipun tempe berasal dari Indonesia, sekarang tempe dapat ditemukan di banyak supermarket dan toko makanan di seluruh dunia, terutama di negara-negara dengan komunitas vegetarian yang besar.