Kesalahan Umum Digital Literacy – Di era serba digital, kemampuan menggunakan teknologi saja belum cukup. Literasi digital mencakup pemahaman, sikap, dan etika saat berinteraksi di ruang digital. Tanpa pemahaman yang cukup, banyak orang secara tidak sadar melakukan kesalahan yang bisa berdampak panjang. Berikut 10 kesalahan umum yang sering terjadi saat seseorang belum paham literasi digital:
10 Kesalahan Umum Digital Literacy
Baca Juga:
1. Kesalahan Umum Digital Literacy: Share Info Tanpa Cek Fakta
Asal repost berita atau info viral tanpa tahu kebenarannya bisa menyebarkan hoaks dan memperkeruh suasana.
2. Kesalahan Umum Digital Literacy: Pakai Password yang Sama untuk Semua Akun
Kesalahan klasik ini bikin data pribadi gampang dibobol. Literasi digital mengajarkan pentingnya keamanan dan variasi kata sandi.
3. Kesalahan Umum Digital Literacy: Nggak Baca Syarat & Ketentuan Saat Daftar Platform
Klik “Setuju” tanpa membaca berarti kamu bisa saja menyerahkan data pribadi tanpa sadar.
4. Komentar Sembarangan di Media Sosial
Tanpa memahami etika digital, banyak yang merasa bebas berkomentar negatif atau menyakitkan. Padahal, jejak digital itu abadi.
5. Asal Klik Iklan atau Link yang Mencurigakan
Sering terjadi karena kurangnya kesadaran soal penipuan digital. Hasilnya? Data dicuri atau perangkat kena malware.
6. Posting Data Pribadi Secara Terbuka
Upload KTP, boarding pass, atau alamat rumah di media sosial bisa jadi celah buat penyalahgunaan identitas.
7. Nggak Paham Bedanya Opini, Fakta, dan Manipulasi
Tanpa kemampuan berpikir kritis digital, banyak yang terjebak dalam narasi provokatif dan sulit berpikir objektif.
8. Nggak Punya Manajemen Waktu Online
Scroll tanpa henti, lupa waktu, dan merasa lelah digital adalah tanda belum paham pentingnya keseimbangan digital.
9. Nggak Tahu Cara Melindungi Diri dari Cyberbullying
Tanpa pemahaman tentang perlindungan digital, seseorang bisa menjadi korban atau pelaku tanpa sadar.
10. Menganggap Literasi Digital Cuma Urusan Anak IT
Padahal, semua orang—pelajar, pekerja, bahkan orang tua—perlu menguasai skill ini untuk bertahan dan berkembang di era digital.