Contoh Tone Deaf – Seorang CEO bukan hanya pemimpin perusahaan, tetapi juga wajah publik dari brand yang mereka pimpin. Sayangnya, ada kalanya pernyataan atau tindakan mereka menuai kritik karena dianggap tone deaf—tidak peka terhadap situasi sosial maupun kondisi karyawan. Berikut sepuluh contohnya.
10 Contoh Tone Deaf
Baca Juga:
- 10 Cara Mengubah Sikap Tone Deaf Jadi Lebih Empatik
- 10 Contoh Postingan Tone Deaf yang Membuat Netizen Geram
1. Contoh Tone Deaf: Jeff Bezos – Pesta di Tengah Isu Ketenagakerjaan
Bezos dikritik saat menggelar pesta mewah sementara banyak pekerja Amazon mengeluhkan kondisi kerja yang berat.
2. Contoh Tone Deaf: Elon Musk – Tweet Kontroversial Soal Pandemi
Komentar santai Musk tentang COVID-19 dianggap meremehkan krisis kesehatan global.
3. Contoh Tone Deaf: Mark Zuckerberg – Sikap Diam soal Isu Politik
Zuckerberg dituding tone deaf karena dianggap lambat menindak penyebaran konten berbahaya di Facebook.
4. David Zaslav (Warner Bros.) – Pernyataan soal Pemogokan Hollywood
Ucapannya tentang betapa “baiknya” mogok kerja bagi industri film menuai reaksi negatif.
5. Howard Schultz (Starbucks) – Respons terhadap Serikat Pekerja
Komentar Schultz yang menolak gerakan serikat pekerja membuatnya dinilai tidak peka terhadap hak karyawan.
6. Tony Hayward (BP) – “I Want My Life Back”
Setelah tumpahan minyak besar, ucapan Hayward ini dianggap tidak berempati pada kerugian lingkungan dan masyarakat.
7. Tim Armstrong (AOL) – Keputusan PHK di Depan Publik
Armstrong dikritik saat secara terbuka menyalahkan karyawan dalam rapat besar, yang dianggap merendahkan.
8. Evan Spiegel (Snapchat) – Komentar tentang India
Spiegel pernah dituduh tone deaf karena dikabarkan menolak mengembangkan pasar di India dengan alasan tidak cukup kaya.
9. Oscar Munoz (United Airlines) – Respons atas Penumpang yang Diseret
Pernyataan awal Munoz yang membela maskapai dianggap tidak empatik terhadap korban.
10. John Stumpf (Wells Fargo) – Skandal Rekening Palsu
Responsnya yang defensif atas skandal internal membuat publik menilai ia tidak peka terhadap dampak pada pelanggan.
Kasus-kasus di atas menunjukkan bahwa setiap CEO perlu berhati-hati dalam berkomunikasi. Kepekaan sosial, empati, dan kesadaran publik sangat penting agar citra pribadi maupun perusahaan tetap terjaga.
✨ Kembangkan kemampuan kepemimpinan yang berempati bersama join YOTLP – Young On Top, serta temukan produk inspiratif hanya di Store – Young On Top!